This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Rabu, 22 Juni 2016

KEHENDAK TUHAN HARUS UTAMA


Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Juni 2016

Baca:   Mazmur 143:1-12

"Ajarlah aku melakukan kehendak-Mu, sebab Engkaulah Allahku! Kiranya Roh-Mu yang baik itu menuntun aku di tanah yang rata!"  Mazmur 143:10

Apa yang selalu ada di pikiran Saudara ketika menjalani kehidupan sehari-hari?  Hal-hal duniawikah yang memenuhi pikiran Saudara, ataukah kita mengikuti nasihat rasul paulus:  "Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi."  (Kolose 3:2).

     Ingatlah, arah hidup seseorang sangat ditentukan oleh pola pikirnya!  Apa yang memenuhi pikiran kita akan menentukan arah hidup kita.  Jika pikiran kita selalu dipenuhi hal-hal duniawi, perkataan dan tindakan kita akan terbentuk menjadi duniawi, yang kita pikirkan pun semata-mata tentang mengumpulkan harta duniawi, jabatan dan kekuasaan, padahal firman Tuhan memeringatkan dengan keras:  "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna."  (Roma 12:2).

     Jika kita menginginkan Tuhan dan kehendak-Nya menjadi fokus dalam hidup ini maka kita harus mengisi pikiran kita dengan firman Tuhan setiap hari.  Mengapa kita harus menempatkan Tuhan dan kehendak-Nya sebagai yang terutama dalam hidup ini?  Supaya langkah hidup kita senantiasa dipimpin dan dituntun oleh Tuhan, sebab kalau kita melakukan segala sesuatu menurut kehendak sendiri tanpa melibatkan Tuhan dan tanpa mengikuti kehendak-Nya, cepat atau lambat kita pasti akan jatuh dan tersesat.  Oleh karena itu apa saja yang hendak kita kerjakan dan rencanakan biarlah kita serahkan sepenuhnya kepada kehendak Tuhan terlebih dahulu.  "Sebenarnya kamu harus berkata: 'Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu.'"  (Yakobus 4:15), sebab tak seorang pun yang tahu apa yang ada di depannya, atau apa yang akan terjadi di kemudian hari.

     Sebagai pengikut Kristus sudah selayaknya kita meneladani Tuhan Yesus yang menempatkan kehendak Bapa sebagai yang terutama.  "...Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku."  (Yohanes 5:30).

Apakah yang menjadi fokus hidup Saudara?  Semata-mata hanya tertuju kepada perkara-perkara dunia, ataukah fokus kepada kehendak Tuhan?

Selasa, 21 Juni 2016

JANGAN MALAS BERDOA


Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Juni 2016

Baca:   Mazmur 141:1-10

"Biarlah doaku adalah bagi-Mu seperti persembahan ukupan, dan tanganku yang terangkat seperti persembahan korban pada waktu petang."  Mazmur 141:2

Doa bukan hanya berbicara tentang setumpuk permohonan dan permintaan yang kita sampaikan kepada Tuhan, atau sikap tubuh kita saat berdoa, tetapi yang terutama sekali adalah sikap hati kita saat mencari Tuhan.

     Berdoa sesungguhnya adalah hal yang sangat mudah dilakukan siapa pun, tetapi tidak semua orang mau melakukannya kecuali ketika sedang terdesak masalah berat, di mana saat itulah orang mengerahkan kekuatan begitu rupa, rela bangun tengah malam dan duduk bersimpuh berdoa dan meratap.  "Ya TUHAN, aku memanggil nama-Mu dari dasar lobang yang dalam. Engkau mendengar suaraku! Janganlah Kaututupi telinga-Mu terhadap kesahku dan teriak tolongku!"  (Ratapan 3:55-56).  Doa benar-benar mendorong kita fokus kepada Tuhan dan mengarahkan pandangan hanya kepada-Nya.  Kita bisa menonton televisi selama berjam-jam tanpa merasa ngantuk dan capai, kita bisa menyediakan waktu menyalurkan hobi dan window shopping ke mal, tetapi kita seringkali mengabaikan jam-jam doa, kita mengalami kesulitan menyediakan waktu hanya beberapa menit saja untuk berdoa.  Kita tidak tahan dan tidak betah berlama-lama untuk berdoa, padahal kekuatan orang percaya terletak di dalam doa.

     Ketika mendapati Petrus dan kedua anak Zebedeus sedang tertidur saat diajak menemani-Nya berdoa di taman Getsemani, berkatalah Tuhan Yesus kepada mereka,  "Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku? Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah."  (Matius 26:40-41).

     Kemalasan dan kenyamanan seringkali menjadi faktor penghalang kita untuk bertemu Tuhan dan juga sebagai penghambat berkat-berkat Tuhan!  Kemalasan dan kenyamanan secara daging harus dilawan, tidak bisa dibiarkan!  Jangan sampai kita menempatkan doa di urutan kesekian dalam hidup ini, sebab doa adalah basis utama segala berkat-berkat Tuhan yang telah disediakan-Nya.

Yakobus menegaskan,  "Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya."  Yakobus 5:16b

Senin, 20 Juni 2016

TUHAN MEMANGGIL ORANG BERDOSA (3)


Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Juni 2016

Baca:  Lukas 19:1-10
"Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang."  Lukas 19:10

Zakheus adalah contoh lain orang yang mengalami perjumpaan dengan Tuhan dan hidupnya mengalami perubahan 180 derajat.  Dalam bahasa Ibrani nama Zakheus memiliki arti murni atau benar.  Namun hal itu sangat kontradiktif dengan keseharian hidup Zakheus yang penuh ketidakmurnian dan ketidakbenaran.

     Ditinjau dari segi materi Zakheus adalah orang yang sukses:  kaya, punya jabatan dan kekuasaan.  Selain mendapat gaji resmi dari pemerintah Romawi ia juga memperoleh gaji  'tidak resmi'  yang merupakan ciri umum pejabat pemungut cukai, yang selalu identik dengan ketidakjujuran, manipulasi dan korupsi.  Sebagai kepala pemungut cukai Zakheus punya jabatan dan kekuasaan karena memiliki banyak bawahan.  Namun ia mengalami krisis identitas.  Berlimpah harta, punya jabatan dan kekuasaan tidak membuatnya dihormati orang, sebaliknya ia malah dibenci dan dikucilkan lingkungan.  Di ruang hatinya yang terdalam ada kehampaan dan kekosongan sehingga ia pun berupaya mencari sesuatu yang hilang itu!  Begitu melihat Yesus sedang melintas kota Yerikho.  "Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab badannya pendek. Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ."  (ayat 3-4).  Ia menghadapi kendala yang tidak mudah:  kendala fisik  (tubuhnya pendek)  dan kendala sosial  (dibenci, dimusuhi, dikucilkan).  Namun hal itu tak mampu meredam hasratnya yang besar, bahkan ia rela memanjat pohon ara, hal yang tidak pantas dilakukan pejabat.  Ketika orang lain tidak memedulikannya, mata Tuhan tertuju kepada Zakheus dan menyuruhnya segera turun karena Ia harus menumpang dirumahnya  (ayat 5).  Kata harus menyiratkan sebuah misi Ilahi Tuhan Yesus yaitu mencari dan menyelamatkan yang hilang.

     Karena telah mengalami kasih Tuhan yang besar, harta kekayaan bukan lagi segala-galanya bagi Zakheus, terbukti dari kerelaannya membagikan hartanya kepada orang miskin secara sukarela, bahkan ia rela mengembalikan empat kali lipat.

Setelah mengalami kasih Tuhan hidup Zakheus diubahkan, harta bukan lagi segala-galanya, tapi Yesus adalah segala-galanya baginya!

Minggu, 19 Juni 2016

TUHAN MEMANGGIL ORANG BERDOSA (2)


Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Juni 2016

Baca:  Matius 9:9-13
"Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa."  Matius 9:13

Bukan perkara mudah bagi siapa pun untuk meninggalkan pekerjaan yang selama ini menjadi sumber penghasilan, lalu membuat keputusan mengikut Tuhan.  Matius pasti terlebih dahulu menghitung untung ruginya atau menghitung resiko yang harus ditanggung sebelum membuat pilihan yang sangat berdampak bagi kehidupannya ini.  Yang pasti, selain harus kehilangan pekerjaan, ia juga kehilangan penghasilan yang besar.  Namun ternyata tidak ada keraguan sedikit pun dalam diri Matius.  Ketika Yesus berkata kepadanya,  "Ikutlah Aku", ia pun langsung mengikut Dia.  Setelah mengalami perjumpaan secara pribadi dengan Tuhan perubahan besar terjadi dalam dirinya, ia mengalami kehidupan yang baru.  "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang."  (2 Korintus 5:17).

     Matius yang dulunya dikucilkan, dijauhi dan dimusuhi oleh banyak orang kini telah diterima dalam suatu komunitas, bahkan ia diangkat menjadi anak-anak Allah.  Ia yang biasanya menggunakan penanya untuk menulis jumlah pemasukan uang yang ia dapatkan dari pemungut pajak, kini penanya Tuhan pakai untuk sebuah rencana yang besar yaitu menjadi mitra kerja-Nya.  Injil Matius adalah buktinya!  Tak seorang pun akan menduganya, seorang pemungut cukai yang punya reputasi buruk di mata masyarakat, dicap kejam, kikir dan berdosa akhirnya menjadi seorang penulis Injil, sebuah karya yang bernilai kekal, yang dibaca umat manusia di sepanjang sejarah.

     Tidak ada perkara mustahil bagi Tuhan!  Seburuk apa pun masa lalu kita jangan pernah merasa diri tidak layak untuk datang kepada Tuhan, karena tangan Tuhan selalu terbuka menyambut, menerima dan memulihkan kita!  Tuhan memang sangat membenci semua jenis kejahatan, tetapi ia mengasihi orang yang melakukan, dengan maksud agar ia berbalik dan bertobat dari kejahatannya.  Matius atau Lewi mendapatkan kasih dan anugerah berlimpah dari Tuhan Yesus yang nilainya tak bisa dibeli dengan harta apa pun!

"Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan."  1 Yohanes 1:9

Sabtu, 18 Juni 2016

TUHAN MEMANGGIL ORANG BERDOSA


Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Juni 2016

Baca:   Markus 2:13-17

"Ia melihat Lewi anak Alfeus duduk di rumah cukai lalu Ia berkata kepadanya: 'Ikutlah Aku!' Maka berdirilah Lewi lalu mengikuti Dia."  Markus 2:14

Siapakah Lewi?  Lewi adalah nama lain dari Matius.  Dalam bahasa Ibrani Matius berarti pemberian Tuhan.  Ia tinggal di Kapernaum dan ayahnya bernama Alfeus.  Profesi Lewi atau Matius adalah pemungut cukai.  Ia ditunjuk oleh pemerintah Romawi untuk memungut pajak dari masyarakat, dari pedagang dan yang melalui wilayah kerjanya, lalu ia mengambil komisi dari pajak yang dipungutnya itu.

     Kebanyakan pemungut cukai memungut lebih dari yang seharusnya sehingga mereka mendapatkan keuntungan yang jauh lebih besar.  Itulah sebabnya masa itu pemungut cukai dianggap  'setara'  dengan orang-orang yang kotor, hina dan berdosa di mata masyarakat Yahudi karena dianggap sebagai pengkhianat bangsa;  keturunan Yahudi tetapi bekerja dan menjadi antek-antek pemerintahan Romawi.  Mereka diibaratkan  'lintah darat'  yang  'menghisap darah'  bangsanya sendiri dan memihak pemerintahan Romawi.  Tidaklah heran jika pemungut cukai dibenci dan dikucilkan orang-orang sebangsanya.

     Timbul pertanyaan dalam diri orang-orang Yahudi:  apakah tidak salah Tuhan Yesus memanggil orang seperti ini?  Padahal Tuhan sendiri tahu siapa itu Lewi dan apa profesinya, namun Ia justru memanggil orang itu untuk menjadi murid-Nya.  Tindakan Tuhan Yesus yang mau makan bersama dengan Lewi dan para pemungut cukai lainnya tentu mengundang kontroversial, sehingga menimbulkan kecurigaan dan reaksi keras dalam diri ahli-ahli Taurat dari golongan Farisi yang selalu menganggap diri sendiri paling benar dan suka sekali menghakimi orang lain.  "Mengapa Ia makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?"  (ayat 16).  Menanggapi hal itu Tuhan Yesus memberikan jawaban yang lebih mencengangkan lagi,  "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa."  (ayat 17).  Tuhan dengan sangat gamblang menjelaskan kepada mereka tentang maksud dan tujuan-Nya datang ke dunia yaitu memanggil orang yang berdosa.

Sebagai Tabib yang ajaib Tuhan Yesus datang untuk mengobati, menyembuhkan dan memulihkan orang-orang yang  'sakit'.
http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html